Tuesday, December 4, 2012

Fenomena Bupati Garut


Sekarang lagi rame ramenya tuh media memberitakan kasus fenomenal bupati Garut yang melakukan pernikahan siri dengan seorang wanita yang masih berumur 18 tahun. Dan hebohnya lagi, pernikahan siri tersebut hanya berlangsung selama 4 hari. Bupati Garut menjatuhkan talak tiga pada istri sirinya hanya melalui pesan singkat (SMS). Mata dan telinga seluruh rakyat Indonesia saat ini berada di Garut. Kabupaten kecil yang saya pribadi hanya mengenal Garut karena dodolnya dan yang kedua karena artis Dicky Chandra pernah menjadi wakil bupati di sana. Kasus ini bahkan mendapat perhatian dari presiden RI dan tokoh tokoh nasional lainnya. Kasus yang sebenarnya sepele dan sangat banyak sekali terjadi di berbagai daerah di Indonesia, bukan hanya di Garut. Namun, menjadi fenomenal karena yang terlibat disini adalah seorang pemimpin daerah yang seharusnya menjadi tauladan, pengayom dan pemimpin masyarakat.
Berbagai spekulasi tentang alasan bupati Garut untuk menjatuhakan talak kepada istrinya semakin berkembang. Ada yang mengatakan bahwa karena keluarga si wanita meminta uang yang cukup banyak kepada sang bupati untuk membeli mobil dan merenovasi rumah dan ada juga yang mengatakan perceraian diakibatkan karena si wanita sudah tidak perawan lagi. Namun, berdasarkan klarifikasi dari sang bupati, perceraian diakibatkan karena adanya cacat hati, artinya sudah tidak ada lagi kecocokan dengan sang istri.
Masyarakat yang mendengar kasus ini pastilah menjadi geram dan marah pada sang bupati. Berbagai forum di internet yang saya baca, beberapa masyarakat meminta agar sang bupati diadili dan dipecat dari jabatannya karena dinilai melakukan pelanggaran moral dan kode etik pejabat. Bahkan tidak sedikit yang memaki dan menghina sang bupati dengan kata kata kasar. Saya pribadi pun sebenarnya risih dan malu melihat kelakuan pemimpin seperti ini. Namun, alangkah baiknya kita mencoba netral dan berpikir jernih.
Kita masyarakat Indonesia memang sangat sensitif dengan kasus kasus seperti ini, kita menjadi galak dan beringas dengan adanya kasus sejenis ‘buaya vs cicak’, Contohnya nih dijalan sedang terjadi kecelakaan antara mobil vs motor, liat saja, pasti yang divonis bersalah adalah pengemudi mobil. Padahal banyak tuh motor yang ugal ugalan. Gak ada urusan, pokoknya si pengemudi mobil harus dihajar habis habisan.
Mengapa bisa seperti itu? Hal itu diakibatkan oleh besarnya kecemburuan sosial di tengah tengah masyarakat, alam bawah sadar masyarakat tersugesti bahwa kaya itu salah dan miskin itu adalah rakyat benar yang wajib dibela, tanpa tahu apa persoalan sebenarnya. Kita adalah masyarakat melankolis pecinta sinetron yang mudah tersugesti, saya pun demikian. Banyak tuh kisah kisah di sinetron yang mendramastisir penindasan orang kaya kepada orang miskin. Orang kaya menindas orang miskin menjadi kisah yang menyedihkan dan mampu membuat air mata meleleh.
Kembali ke kasus bupati Garut, jika kita berfikir netral dan jernih, saya mengatakan bahwa kedua belah pihak bersalah. Bupatinya salah dan  si wanita nya juga salah. Lho kok si wanita dikatakan salah? Dia kan korban? Saya tidak menutup mata dengan kasus kasus seperti ini, sudah banyak banget, sudah terlalu banyak disekitar kita orang tua yang menjodohkan anaknya dengan pejabat demi materi, sudah banyak juga wanita wanita ABG yang menjual harga dirinya kepada pria tua berduit demi materi untuk menaikkan gengsi nya di teman teman pergaulan. Setiap kemungkinan ada, mengapa si wanita mau menikah dengan bupati Garut yang lebih tua dan telah memiliki anak serta istri? Mengapa orang tua wanita mengizinkan? Sudah jelas semua demi materi bukan?
Dan belakangan kita mendengar bahwa si wanita mengakui telah meminta uang ratusan juta rupiah kepada sang bupati untuk biaya kuliah dan renovasi rumah. Peran orang tua sangat besar sekali dalam kasus seperti ini, beberapa masyarakat yang cerdas bisa mengetahui bahwa memang kedua belah pihak bersalah. Sang Bupati bersalah karena bertindak melanggar norma dan moral masyarakat. Dan si wanita dan keluarganya gelap mata karena silau dengan harta duniawi. Jadi, menurut saya kasus seperti ini, seharusnya bisa diselesaikan dengan mendengarkan pengakuan kedua belah pihak secara jujur.
Kedua belah pihak ada baiknya saling berintrospeksi diri, bupati Garut mengundurkan diri dari jabatannya karena telah gagal menjadi pemimpin yang baik, dan si wanita dan keluarganya ada baiknya untuk tidak melanjutkan kasus tersebut karena tidak ada gunanya. Justru hal ini akan semakin menjatuhkan kehormatan keluarga dan si wanitanya. Ini tentunya akan semakin menjadi beban psikologis bagi si wanita dan membuat ia terkucilkan dari pergaulan sosial. 
Buat masyarakat luas, kasus  ini memberikan pelajaran yang sangat besar bagi kita semua. Untuk para pemimpin dan calon pemimpin di masa akan datang  diajarkan untuk tidak bermain main dengan yang namanya nafsu duniawi. Pepatah mengatakan, yang menghancurkan kesuksesan kita ada tiga , yaitu harta, minuman keras dan wanita. Cari satu isteri yang terbaik dan sayangi sampai akhir. Kasus ini juga mengajarkan kepada para wanita dan orang tua untuk tidak bersifat materialistis. Bekerja keraslah untuk menggapai kekayaan, jangan gunakan cara cara instan yang pada akhirnya hanya merugikan diri sendiri. Begitu setidaknya menurut saya…    

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Blogger templates

Cloap Program Affiliasi - Cara Mudah cari uang
 
;