Wednesday, January 30, 2013

Negeri Ini Salah



Lebih spesifiknya saya mau mengatakan jika politik di negeri ini ada sedikit atau mungkin banyak kesalahan. Saya mau menulis yang sedikit saja, kalau banyak nanti kebanyakan. Hehhehee.. Ini mengenai pemilihan kepala daerah, baik itu kepala desa, bupati, walikota bahkan gubernur, Negara kita menganut paham demokrasi yaitu pemerintahan yang berasal dari rakyat dan kemudian kembali untuk rakyat. Semua kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan langsung. Jadi semuanya ada di tangan rakyat. Sekilas memang tampak bagus, keliatannya adil banget. Tapi benarkah bagus? Ya engga lah klo bagus ngapain saya nulis… huuhahahaa…

Tidak bagusnya bagaimana? Ya tidak bagusnya karena rakyat kita tidak bagus. Rakyat yang tidak bagus memilih maka jelas akan melahirkan pemimpin yang tidak bagus juga. Menurut saya pribadi, rakyat kita masih primitif dalam menentukan pilihan, beberapa memang sudah bisa dikatakan sebagai pemilih cerdas, namun itu beberapa saja, mungkin hanya sekitar 10% dari 100% masyarakat Indonesia yang telah memiliki hak suara. 

Masih primitif karena rakyat kita memilih pemimpin masih berdasarkan 3 hal, yaitu Uang, Fanatisme Suku dan Citra. Yang pertama adalah uang, uang ini efeknya dahsyat sekali pemirsa, manusiawi memang ketika semua orang membutuhkan uang, semua bisa dibeli dengan uang, makan pakai uang, minum pakai uang, buang air pun sekarang pakai uang. Banyak sekali nyanyian merdu dari rakyat kecil yang menyatakan bahwa ia tidak peduli siapapun yang menjadi pemimpin, asalkan ada uangnya. Nyanyian nyanyian dari rakyat seperti ini yang harusnya di luruskan tetapi oleh kandidat, tim sukses dan mesin politik justru dijadikan sebuah pembenaran dan digunakan sebagai kartu joker untuk meraih suara maksimal. 

Maka dimulailah politik uang atau kerennya Money Polithic. Para kandidat baik sembunyi sembunyi maupun terang terangan mulai unjuk kekuatan uang, Bagi bagi sembako, pakaian,   bahkan secara terbuka ada yang meminta rakyat untuk memilihnya kemudian diberikan uang tunai. Ini tidak benar dan bukan sesuatu yang boleh dibiarkan sehingga menjadi tradisi turun temurun. Politik uang pada akhirnya hanya menghasilkan pemimpin yang berduit, bukan yang bagus dan baik. Rakyat harus sadar bahwa pemimpin tidak hanya sebatas uang tunai, pemimpin adalah pemimpin kita, pemimpin yang tidak memberikan uang tapi pemimpin yang dengan kebijakannya mampu membuat rakyat memiliki kesempatan untuk mendapatkan uang yang lebih banyak. Selain itu, kandidat dan partai politik juga harus memiliki kesadaran untuk memberikan pembelajaran berpolitik kepada rakyat untuk negeri yang lebih baik kedepannya.

Yang kedua adalah fanatisme suku. “Dia sekampung dengan saya masbro!”.. atau “Ngapain saya pilih suku lain, jika ada kandidat yang berasal dari suku saya??!” dsb. Tidak salah memang memilih karena kandidat tersebut berasal dari suku yang sama dengan kita, namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah dia bisa atau mampu? Apakah dia memiliki track record yang baik? Belum tentu kan? Rakyat memilih berdasarkan suku biasanya menjadi suatu kebanggan tersendiri, terjadi eufhoria egoisme suku yang luar biasa dahsyatnya. Rakyat kemudian merasa bahwa suku beliau adalah suku yang unggul jika kandidat sesuku tersebut keluar sebagai pemenang. Yang perlu dipelajari oleh rakyat adalah berfikir global, pemimpin daerah memimpin semua suku dan bukan hanya satu suku saja. Jadi harus memilih pemimpin yang baik dan kredibel, bagaimana jika nantinya pemimpin tersebut tidak baik? Terlibat kasus korupsi misalnya, tentu nama baik suku anda akan tercoreng juga. 

Yang ketiga adalah Citra, citra disini bukan citra tetangga loe yang cantik dan bahenol yah!! hehehhee.. Saya melihat para kandidat sekarang cenderung melakukan perang citra, baik secara langsung maupun melalui media. Yang baik baik ditampakkan, kemudian yang buruk buruk disimpan rapat rapat (ya iyalah). Jujur jaman sekarang saya melihat ada ketidak independenan dari media kita, media elektronik maupun media tulis. Stasiun stasiun televisi ada beberapa yang dimiliki oleh pelaku politik, stasiun televisi ini digunakan sebagai sarana ampuh untuk membangun citra positif dari kandidat pemimpin dan selain itu digunakan juga untuk menjatuhkan sejatuh jatuhnya para lawan politik. Tidak tampak memang bagi sebagian masyarakat, tapi di mata saya itu sangat jelas dan vulgar. 

Lalu bagaimana kandidat yang tidak memiliki kekuatan media? Yah.. yang pasti akan mendapatkan  citra yang tidak bagus dan pada akhirnya persepsi masyarakat yang terbangun dari media tersebut akan memvonis mereka dengan cara tidak memilih. Rakyat harus tahu ini, masyarakat harus sadar bahwa tidak semua isu atau citra yang terbentuk dari media itu benar adanya. Mereka harus berfikir merdeka dan menggunakan hati nurani dalam memilih.

Kesimpulan, Negeri ini tidak akan pernah mendapatkan pemimpin yang baik selama menggunakan sistem yang juga tidak baik, karena rakyat kita memang tidak baik. Salam. 

Untuk kritik dan hujat, bisa kirim email ke wishnu.mahendra777@gmail.com.     

0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Blogger templates

Cloap Program Affiliasi - Cara Mudah cari uang
 
;