Saturday, December 8, 2012 0 komentar

Bagaimana Agar Kaya


“Mengapa saya susah sekali mendapatkan rezeki? Mengapa rezeki saya kok gitu gitu terus?? Padahal siang dan malam saya bekerja keras, saya berdoa kepada Allah swt agar saya mendapatkan rezeki yang besar. Saya mau seperti orang orang kaya lain yang bergelimang rezeki. Sepertinya Allah tidak adil, mengapa orang orang barat sana yang kebanyakan tidak percaya adanya Tuhan, tetapi mereka bisa hidup dengan kelebihan rezeki? Mereka punya rumah yang besar, harta banyak, mobil mewah… aaah ini tidak adil..!!”
Banyak dari kita mengeluhkan atau sering merenungi hal hal seperti diatas, tentang rezeki. Katanya Allah swt tidak adil, mengapa kebanyakan orang yang atheis (tidak percaya Tuhan) bisa kaya, namun dirinya meskipun siang malam bekerja keras namun tetap miskin. Saya juga sering berfikir demikian. Namun, seiring berjalannya waktu, saya mulai paham bahwa ternyata adil nya Allah itu berbeda dengan adil nya manusia.
  Ya jelas beda, Allah swt maha tahu, sedangkan manusia pengetahuannya sangat terbatas, ya logikanya jika ingin maha adil syarat utamanya harus maha tahu. Hakim dalam memvonis sebuah perkara, harus paham dan tahu terlebih dahulu apa yang menjadi permasalahan perkara. Belajar undang undang, cari bukti, cari saksi, dengar pendapat jaksa, pengacara, terdakwa dan korban. Semua harus jelas. Hakim harus tahu dulu baru bisa memberikan vonis seadil adilnya.
 Ketika menciptakan bumi dan alam semesta, Allah swt menurunkan hukum Sunatullah kepada manusia. Ya semua manusia, bukan kepada satu umat saja. Hukum sunatullah antara lain seperti  hukum penciptaan melalui proses, hukum sebab akibat, hukum daya tarik menarik (Law of Atraction) dsb. Inilah adilnya Allah, karena Ia menurunkan hukum Sunatullah kepada seluruh umat manusia dan berlaku tetap kepada semua manusia. Orang baik akan mendapatkan balasan kebaikan pula, begitupun sebaliknya yang jahat akan menerima kejahatan pula. Yang rajin bekerja akan mendapatkan rezeki yang banyak, dan yang malas rezekinya ya segitu gitu saja. Coba bayangkan jika hukum Sunatullah hanya berlaku kepada satu umat, maka akan terjadi ketidakseimbangan yang justru akan menghancurkan tatanan penciptaan alam semesta. Allah maha tahu sehingga menjadikannya maha adil sedangkan manusia terbatas pengetahuannya sehingga adilnya hanya seadanya dan menurut versinya sendiri.  
Itu tentang maha adil, lalu bagaimana masalah rezeki? “Saya kerja keras kok, siang malam bro, sampai keringat dan darah bercucuran, tiap hari dimarahin bos, tapi saya tetap sabar dan tawakal, saya rajin lembur jika kerjaan numpuk, tapi tetap saja hidup saya stagnan dari jaman batu sampai sekarang gini gini aja!!!. Ah yang bener sih? Kerja apa?
Menurut saya, rezeki itu seperti ikan, banyak banget di laut, bertebaran di samudera yang maha luas. Tinggal bagaimana kita menangkapnya, yah kalo mau ikan yang banyak harus di tangkap dong. Kamu harus mancing atau naik kapal kemudian menebar jala. “Maksudnya saya harus jadi nelayan gitu? Woow sambil koprol!!”. Bukan… bukan, maksud saya, ya kamu harus bekerja layaknya seorang nelayan. Kamu harus mengarungi ombak yang maha dahsyat untuk mendapatkan ikan. “Kan saya sudah jadi nelayan bro, saya katakan tadi saya kerja keras siang dan malam, bahkan saya seorang nelayan elit yang bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta besar di Indonesia!!”.
Oh maaf bro, saya katakan bahwa disini kamu bukan nelayan nya, tapi kamu jala, kamu pancingnya. Yang nelayan itu pemilik perusahaan kamu. Mengerti maksud saya? Ya kamu hanya dipekerjakan, disewa untuk mendapatkan ikan, ya jelas dong kamu ngga bisa menikmati ikannya, karena kamu cuman pancing/alat. Jadi yang kamu dapatkan seadanya saja dong. Itu pun kamu harus bersyukur. Kalau mau kaya yah jadi pemilik usaha, kamu harus jadi pengusaha.
Masyarakat Indonesia memang senang sekali menjadi sebuah pancing atau jala, sedikit sekali yang mau berperan jadi seorang nelayan, banyak sekali yang hanya mau jadi pekerja kantoran, dan sangat sedikit yang mau bekerja keras untuk membangun usaha sendiri, makanya orang kaya di Indonesia sedikit banget. Dari daftar sepuluh konglomerat elit di Indonesia, ada gak sih yang kerja kantoran sebagai karyawan? Gak ada kan? Kita nyaman sekali menjadi sebuah alat bagi nelayan, tapi anehnya kita mau kaya. Berdoa seribu kali pun gak bakalan kaya, karena hukum Sunatullah berlaku. Sebaliknya, nelayan meski seseorang itu tidak pernah berdoa, namun dia seorang nelayan yang gigih, kerja keras dan pantang menyerah, maka ia akan kaya. Bukan karena tidak adil, tapi Sunatullah nya adalah dia nelayan dan kamu pancing, nelayan yang berhak dapat ikan dan kamu hanya mendapatkan sedikit saja (seadanya saja).

Salam dari calon nelayan…
Friday, December 7, 2012 0 komentar

Impian Terbesar Ku

Sembuh dari insomnia...
Thursday, December 6, 2012 0 komentar

Reformasi Mahasiswa


Berdemonstrasi unjuk orasi di tengah jalan sudah menjadi pemandangan yang biasa di kota kota besar Indonesia. Mahasiswa, buruh, ormas, bahkan anak sekolah pun silih berganti memadati jalan beraspal menuntut apa yang ingin mereka tuntut. Sejak era reformasi tahun 1998, demonstrasi menjadi ‘kurikulum’ wajib bagi para mahasiswa. Belum mahasiswa katanya bila belum pernah berorasi atau sekedar teriak lantang menyuarakan aspirasi rakyat. Mahasiswa itu sosial control, penyambung lidah rakyat. Bila ada ketidakadilan, maka mahasiswa berada pada baris paling depan. Mahasiswa adalah pembela rakyat.
Tapi benarkah rakyat membutuhkan mahasiswa? Apakah demonstrasi di tengah jalan itu sebuah aktualisasi sikap dalam membela rakyat? Apakah demonstrasi efektif? Sayang sekali jawabannya tidak. Mengapa tidak? Karena masyarakat tidak butuh dengan mahasiswa. Seribu mahasiswa berdemonstrasi tidak akan mempengaruhi keputusan pemerintah. “Ooh mungkin Anda lupa bahwa mantan presiden Soeharto tumbang karena kekuatan mahasiswa?”. Benar, saya salut dan hormat kepada para generasi mahasiswa angkatan 98 di Jakarta. Dengan keyakinan dan kekuatan massa yang besar mereka meneriakkan reformasi, perubahan total bagi bangsa Indonesia. Tapi yakinkah kalian jika Soeharto lengser karena mahasiswa? Setahu saya Soeharto tumbang karena krisis multi dimensi yang menghantam bangsa Indonesia.
Mengapa bisa krisis?? Krisis di Indonesia adalah by design, ada skenario besar di dalamnya. Skenario apa itu? Silahkan cari tahu dan belajar sendiri. Sejarah mencatat rentetan demonstrasi besar pernah terjadi di Indonesia, bahkan jauh lebih besar dari demonstrasi mahasiswa di tahun 1998. Toh Soeharto tetap aman di kursi kepresidenan. Demonstrasi mahasiswa pada tahun 1998 hanya pemicu kecil, hanya salah satu bagian kecil dari design global yang rapi dan terencana. Coba kita cerdas menggunakan logika.
Berapa kali sudah mahasiswa melakukan demonstrasi besar besaran menuntut penurunan harga BBM? Berapa kali sudah tindakan tindakan anarkis kita lakukan? Bakar ban bekas, bakar kampus, merusak gedung wakil rakyat, menutup jalan protokol sehingga menimbulkan kemacetan yang parah, bahkan meregang nyawa, sudah berapa kali? Seribu, dua ribu, tiga ribu kali?? Dan sekarang kita lihat, pernahkah dalam sejarah, pemerintah pasca reformasi menurunkan harga BBM? Jawabannya belum pernah tuh.. justru semakin melambung.
Tindakan demonstrasi mahasiswa di jalan raya justru merugikan rakyat. Menganggu aktifitas, mengusik kenyamanan, menghilangkan waktu bekerja dari masyarakat dsb. Dan kita lihat memang tidak sedikit ormas mahasiswa yang pada akhirnya terlibat bentrok dengan rakyat. Kemudian pertanyaannya sekarang, rakyat manakah yang dibela oleh mahasiswa, sosial control bagaimanakah yang diberikan mahasiswa kepada rakyat? Jika terjadi bentrok dengan rakyat, sungguh itu artinya rakyat tidak butuh dengan demonstrasi mahasiswa. Rakyat ingin harga BBM diturunkan tapi tidak dengan cara cara yang dilakukan oleh mahasiswa. Rakyat tidak butuh mahasiswa, itu yang harus kita sadari.
Dan perlu disadari pula bahwa mahasiswa hanya dimanfaatkan oleh pihak pihak yang ingin meraup keuntungan, Anda pion prajurit. Contoh : jika Anda melakukan tindakan anarkis dengan membakar atau merusak gedung wakil rakyat, lalu apa yang terjadi? Wakil rakyat gak rugi sama sekali, gak pernah hatinya merasa tersakiti. Mereka bangun gedung baru dong dengan biaya APBN atau APBD yang pastinya berasal dari uang rakyat, uang orang tua kalian yang seharusnya digunakan untuk hal hal yang lebih bermanfaat. Kalau ada uang sisa dari pembangunan gedung baru, yah pasti dong wakil rakyat juga yang akan menikmati. Mohon kita cerdas.
Mulai sekarang kita perlu melakukan introspeksi diri, merenungi kebiasaan turun temurun yang ternyata mubazir dan sia sia. Sadarkah para mahasiswa bahwa kalian sebenarnya adalah masalah dan beban bagi pemerintah serta rakyat. Setelah menjalani masa kuliah, wisuda, lalu kalian ingin kerja dimana? Kesulitan mendapat pekerjaan karena kurangnya skill, tak ada satupun perusahaan yang menerima kalian. Yang terjadi adalah besarnya angka pengangguran. Disaat itu kalian akan mengalami semacam kebingungan massal. Kalian baru menyadari bahwa ternyata kalian adalah rakyat yang sebenarnya, kalian bukan pahlawan atau sosial control. Pada saat itu pula rakyat tidak akan membela kalian.
Saat ini, mari teman teman mahasiswa mengisi masa masa kuliah dengan belajar, menimba ilmu dan mengasah skill. Terdengar klasik memang, tapi memang begitulah fungsi dan peran mahasiswa yang sebenarnya. Yang bercita cita ingin bekerja di perusahaan atau menjadi abdi negara, mari belajar bagaimana menghadapi dunia kerja, perluas ilmu, skill dan wawasan kalian. Bagi teman teman yang ingin menjadi enterpreneur, ayo beranikan diri untuk mencoba berdagang dan berbisnis sedari masih duduk dibangku kuliah. Jadilah orang besar kawan, jadilah orang penting dan berpengaruh, maka suara mu kelak akan didengar. Jika kalian menjadi sukses, kaya raya dan penting, maka para pemimpin akan mendengar kalian. Presiden dan aparat pemerintah akan bersujud dihadapanmu. Satu suara dari orang penting lebih berpengaruh daripada seribu suara dari orang kecil dan lemah. Satu tindakan kecil yang efektif lebih bermakna dibanding seribu tindakan besar yang mubazir dan sia sia.

Salam Reformasi…       
Tuesday, December 4, 2012 0 komentar

Fenomena Bupati Garut


Sekarang lagi rame ramenya tuh media memberitakan kasus fenomenal bupati Garut yang melakukan pernikahan siri dengan seorang wanita yang masih berumur 18 tahun. Dan hebohnya lagi, pernikahan siri tersebut hanya berlangsung selama 4 hari. Bupati Garut menjatuhkan talak tiga pada istri sirinya hanya melalui pesan singkat (SMS). Mata dan telinga seluruh rakyat Indonesia saat ini berada di Garut. Kabupaten kecil yang saya pribadi hanya mengenal Garut karena dodolnya dan yang kedua karena artis Dicky Chandra pernah menjadi wakil bupati di sana. Kasus ini bahkan mendapat perhatian dari presiden RI dan tokoh tokoh nasional lainnya. Kasus yang sebenarnya sepele dan sangat banyak sekali terjadi di berbagai daerah di Indonesia, bukan hanya di Garut. Namun, menjadi fenomenal karena yang terlibat disini adalah seorang pemimpin daerah yang seharusnya menjadi tauladan, pengayom dan pemimpin masyarakat.
Berbagai spekulasi tentang alasan bupati Garut untuk menjatuhakan talak kepada istrinya semakin berkembang. Ada yang mengatakan bahwa karena keluarga si wanita meminta uang yang cukup banyak kepada sang bupati untuk membeli mobil dan merenovasi rumah dan ada juga yang mengatakan perceraian diakibatkan karena si wanita sudah tidak perawan lagi. Namun, berdasarkan klarifikasi dari sang bupati, perceraian diakibatkan karena adanya cacat hati, artinya sudah tidak ada lagi kecocokan dengan sang istri.
Masyarakat yang mendengar kasus ini pastilah menjadi geram dan marah pada sang bupati. Berbagai forum di internet yang saya baca, beberapa masyarakat meminta agar sang bupati diadili dan dipecat dari jabatannya karena dinilai melakukan pelanggaran moral dan kode etik pejabat. Bahkan tidak sedikit yang memaki dan menghina sang bupati dengan kata kata kasar. Saya pribadi pun sebenarnya risih dan malu melihat kelakuan pemimpin seperti ini. Namun, alangkah baiknya kita mencoba netral dan berpikir jernih.
Kita masyarakat Indonesia memang sangat sensitif dengan kasus kasus seperti ini, kita menjadi galak dan beringas dengan adanya kasus sejenis ‘buaya vs cicak’, Contohnya nih dijalan sedang terjadi kecelakaan antara mobil vs motor, liat saja, pasti yang divonis bersalah adalah pengemudi mobil. Padahal banyak tuh motor yang ugal ugalan. Gak ada urusan, pokoknya si pengemudi mobil harus dihajar habis habisan.
Mengapa bisa seperti itu? Hal itu diakibatkan oleh besarnya kecemburuan sosial di tengah tengah masyarakat, alam bawah sadar masyarakat tersugesti bahwa kaya itu salah dan miskin itu adalah rakyat benar yang wajib dibela, tanpa tahu apa persoalan sebenarnya. Kita adalah masyarakat melankolis pecinta sinetron yang mudah tersugesti, saya pun demikian. Banyak tuh kisah kisah di sinetron yang mendramastisir penindasan orang kaya kepada orang miskin. Orang kaya menindas orang miskin menjadi kisah yang menyedihkan dan mampu membuat air mata meleleh.
Kembali ke kasus bupati Garut, jika kita berfikir netral dan jernih, saya mengatakan bahwa kedua belah pihak bersalah. Bupatinya salah dan  si wanita nya juga salah. Lho kok si wanita dikatakan salah? Dia kan korban? Saya tidak menutup mata dengan kasus kasus seperti ini, sudah banyak banget, sudah terlalu banyak disekitar kita orang tua yang menjodohkan anaknya dengan pejabat demi materi, sudah banyak juga wanita wanita ABG yang menjual harga dirinya kepada pria tua berduit demi materi untuk menaikkan gengsi nya di teman teman pergaulan. Setiap kemungkinan ada, mengapa si wanita mau menikah dengan bupati Garut yang lebih tua dan telah memiliki anak serta istri? Mengapa orang tua wanita mengizinkan? Sudah jelas semua demi materi bukan?
Dan belakangan kita mendengar bahwa si wanita mengakui telah meminta uang ratusan juta rupiah kepada sang bupati untuk biaya kuliah dan renovasi rumah. Peran orang tua sangat besar sekali dalam kasus seperti ini, beberapa masyarakat yang cerdas bisa mengetahui bahwa memang kedua belah pihak bersalah. Sang Bupati bersalah karena bertindak melanggar norma dan moral masyarakat. Dan si wanita dan keluarganya gelap mata karena silau dengan harta duniawi. Jadi, menurut saya kasus seperti ini, seharusnya bisa diselesaikan dengan mendengarkan pengakuan kedua belah pihak secara jujur.
Kedua belah pihak ada baiknya saling berintrospeksi diri, bupati Garut mengundurkan diri dari jabatannya karena telah gagal menjadi pemimpin yang baik, dan si wanita dan keluarganya ada baiknya untuk tidak melanjutkan kasus tersebut karena tidak ada gunanya. Justru hal ini akan semakin menjatuhkan kehormatan keluarga dan si wanitanya. Ini tentunya akan semakin menjadi beban psikologis bagi si wanita dan membuat ia terkucilkan dari pergaulan sosial. 
Buat masyarakat luas, kasus  ini memberikan pelajaran yang sangat besar bagi kita semua. Untuk para pemimpin dan calon pemimpin di masa akan datang  diajarkan untuk tidak bermain main dengan yang namanya nafsu duniawi. Pepatah mengatakan, yang menghancurkan kesuksesan kita ada tiga , yaitu harta, minuman keras dan wanita. Cari satu isteri yang terbaik dan sayangi sampai akhir. Kasus ini juga mengajarkan kepada para wanita dan orang tua untuk tidak bersifat materialistis. Bekerja keraslah untuk menggapai kekayaan, jangan gunakan cara cara instan yang pada akhirnya hanya merugikan diri sendiri. Begitu setidaknya menurut saya…    

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Blogger templates

Cloap Program Affiliasi - Cara Mudah cari uang
 
;