Wednesday, August 27, 2014

Payabo

Minggu pagi, mentari masih hangat di ufuk timur. Aku menikmati tetesan kopi hitam sisa tadi malam, rokok putih ku sulut menghamburkan asap halus memenuhi ruang kamar, mataku menerawang dunia melalui jendela kayu kamar, aku masih mencoba untuk menyatukan dunia mimpi dan dunia nyata. Setelah beberapa saat, aku berhasil menyatukan mereka, dan.. pagi ini ternyata ada beberapa rencana yang ku abaikan, lari pagi bersama kawan, menonton latihan dayung dan beberapa rencana yang semalam tampak sangat penting. 

Aku menggapai telepon genggam, delapan panggilan tak terjawab, tiga pesan singkat, semua dari kawanku. Aku berbaring kembali di atas kasur kapuk dengan seprei motif klub sepakbola yang entah mengapa bisa menyatu dengan kasur kesayanganku. Asap rokok kembali berhembus kencang, aku menelepon kawanku, ingin menanyakan keberadaannya. Namun, tak satupun menjawab panggilan ku.

Aku kembali terlelap...

Sore, dua orang kawan datang berkunjung, menceritakan beberapa kisah yang biasa dan terdengar tanpa makna. Mereka adalah kawanku semasa duduk di bangku sekolah menengah, mereka mengajak ku keluar menjelajahi dunia. Entah apa lagi yang akan kami bertiga lakukan setelah seminggu lalu kami menghabiskan minggu sore sebagai tukang parkir dadakan, ya tukang parkir dadakan. Kami bertiga memang sering melakukan hal hal yang menurut logika orang waras dan berpendidikan dianggap sebagai kegiatan yang tidak umum, aneh, memalukan, menjijikan, kotor, kampungan dsb. Tetapi aku menikmatinya, meski pada awalnya ada sedikit rasa malu, saat menjelma menjadi tukang parkir kemarin, aku menutup wajah dengan menggunakan masker anti debu dan membungkus kepala dengan helm tertutup. 

Ada tantangan di sana, ada kekuatan yang berhembus, hormon adrenalin menyebar di seluruh pembuluh darah. Aku menikmati, bukan karena akan mendapatkan uang dari sana, tetapi entah mengapa, aku menikmati. Mereka berdua duduk di halaman rumahku, masih bercerita tanpa kejelasan makna, aku membuatkan minuman dan membeli gorengan. Aku duduk memanjangkan kaki, bergelut dengan telepon genggam meski aku tidak menerima telepon atau pesan singkat, masih ditemani ocehan mereka.

"Kita kemana sore ini? apa lagi yang enaknya kita lakukan?"

Salah seorang dari kawanku memecah keramaian yang diciptakannya sendiri..

"Sore ini kita jadi payabo.." tutup ku, lalu meninggalkan mereka masuk ke dalam rumah dan berganti pakaian.

Payabo dalam bahasa tempatku adalah sebutan bagi seorang pumulung, berasal dari kata boya yang artinya mencari, kemudian di plesetkan menjadi yabo, jadilah payabo yang artinya pemulung. Pemulung sampah, pemulung botol bekas, pemulung kertas bekas dan pemulung apa saja asal bisa ditukar dengan lembaran rupiah.

Malam beranjak, kami menyusuri sisi jalan protokol kota, target kami adalah kemasan plastik sisa air mineral, baik dalam bentuk gelas maupun botolan. Info yang kami dapatkan, jika sampah plastik tersebut di jual dan ditimbang, perkilonya berharga Rp. 2000. Sebelumnya kami membeli karung besar dengan harga Rp. 3000. Cukup banyak sampah botol yang kami dapatkan, lalu lalang kendaraan roda dua dan empat tak memperdulikan kami, mereka acuh, fokus pada tujuan masing masing. 

"Kita ke terminal, di sana lebih banyak botol bekas air mineral.."

Kami ke terminal, malam semakin larut menyisakan senyap yang menuntun kami bertiga. Seorang perempuan tua mengamati kami dari jauh, perlahan ia mendekat dan menanyakan maksud kami, entah apa tujuan sebenarnya ia bertanya, bukan kah ia sudah melihat dengan mata sendiri bahwa kami sedang memulung?

"Apa yang kalian lakukan??"
"Kami sedang memulung"
hening...

"Kalian sebenarnya sedang ngapain?"
"Kami mengumpulkan botol bekas untuk di jual"
hening..

"Lalu mengapa kalian bisa di terminal ini?

"Sebenarnya kami mengumpulkan botol bekas untuk bahan pada saat lomba 17 Agustus nanti.." 
"Oh begitu yah.."

Perempuan tua pergi, kami kembali menyusuri setiap sudut terminal, memungut botol plastik bekas dan memasukkannya ke dalam karung. Seluruh tempat sampah yang ada di terminal kami jelajahi. 

Pukul 12 malam, karung yang kami bawa terisi penuh, sesegera mungkin kami membawanya ke tempat penimbangan barang bekas yang buka selama dua puluh empat jam, entah mengapa tempat tersebut buka 24 jam, mungkin ia ingin bisnisnya cepat mencapai BEP (break even point) sehinggan gencar mengejar target.

"Ini hanya 3 kilo saja"

Aku mengacuhkan perkataan pria tua penimbang barang bekas, timbangan ku perhatikan dengan seksama

"4 kilo pak.."

Pria tua hanya diam, merogoh saku celana dan mengeluarkan lembaran uang lusuh..

"Ini, delapan ribu..."
"Terima kasih..."

Aku kembali menyusuri jalan protokol, uang hasil memulung kami belikan air mineral gelas dan beberapa potong pisang goreng. Kami bertiga menghabiskan malam di tepi pantai di tengah kota yang tampaknya tak pernah sepi oleh manusia. Aku menatap lautan yang kemilau di terpa rembulan berbentuk sabit. Hembusan angin ku biarkan menerpan tubuh ku yang sedikit basah oleh tetesan keringat, terasa sejuk.

Kami kembali mengobrol tanpa makna, terkadang terbahak memecah malam. Lalu lalang muda mudi terlihat bagai ombak di tengah lautan, menari, meliuk, menghempas daratan. Mataku tanpa kantuk, besok.. pagi pagi sekali, aku akan kembali menjadi manusia, manusia normal yang bekerja dengan pekerjaan yang diakui oleh manusia. Besok aku akan kembali terlihat dimana mana, berpakaian rapi, bersepatu kulit, terkadang berdasi. 

Pemulung tak di hargai, mereka tak terlihat sebagai manusia, mereka sampah, meski sebenarnya mereka bukan sampah, mereka hanya memungut sampah, membersihkan kota, pekerjaan mereka bersih dan membersihkan. Aku hanya ingin merasakan seperti apa mereka, kemudian menghargai mereka sebagai seorang manusia, aku bukan manusia robot kapitalis, hedonis, angkuh, sombong, aku adalah manusia yang mencoba menghargai sesama manusia. Mengapa kita harus terkotak kotak karena profesi? 

Hari ini ku akhiri, rokok ku hembuskan kencang melawan desiran angin laut, mereka beradu. Aku terpejam beberapa detik, sejenak memikirkan aku ini akan menjadi apa... lagi....

(Makassar, Agustus 2014)


0 komentar:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Blogger templates

Cloap Program Affiliasi - Cara Mudah cari uang
 
;